14.7.13

FLASHBACK



Cast : ada didalam cerita *PLAAKKK
Rate : terserah anda

Kapan kau mulai menyadari jika orang disekitarmu itu keren?
Eungg,.. aneh memang. Aku telah bersamanya sejak kelas 1. Tapi, aku tidak benar-benar tau jika dia sekeren itu 3 tahun yang lalu.
Kami bersahabat. Teman? Dan ahh,. Entahlah.
Aku membencinya. Tapi aku tidak bisa jika dia jauh dariku. Aku selalu ingin bersamanya. Yahh,. Aku merasa tidak nyaman dengan laki-laki lain selain dia. Dia satu-satunya teman laki-lakiku yang mengerti aku.
Dia juga salah satu alasan mengapa aku selalu bangun dipagi hari, lalu mandi dan menyantap sarapan eommaku.
Ini tahun ketigaku di sekolah ini. Ahh,. Kupikir baru kemarin aku bertemu teman-temanku disini. Tapi kenapa kami akan ujian sebentar lagi? Biasanya aku akan merasa sangat bosan mendengar kata ‘ujian’ tapi kali ini aku sangat bahagia. Karena dengan inilah aku melangkah ke universitas yang aku inginkan.
“Ya! Apa kau begitu menyukai itu?”
“mwoya?” tanyaku padanya. Dia memang selalu memancingku dengan pertanyaan anehnya.
“melamun”
“oh.”
“hanya itukah jawabanmu?aisshh” katanya. Lalu ia melangkah menuju bangkunya dan melemparkan tasnya dengan gaya khasnya. Apakah itu keren? Ahh, tidak juga. Karena aku sering melihat itu. -_-
10 menit lagi pelajaran dimulai. Jika pada 2 tahun sebelumnya aku dan Jongin selalu datang nyaris terlambat karena begitu malas pergi ke sekolah, 1 tahun terakhir ini kami berbeda. Kami menjadi murid yang lebih rajin dari tahun sebelumnya. Nilai kami? Aku tidak tau tentang ini, pada semester awal tahun ini nilai kami merosot jauh. Entahlah yang jelas aku telah melakukan semua itu dengan cara terbaikku. Tentang hasil? Aku tidak benar-benar peduli.
Kemudian dia kembali menghampiriku. Dia menyeret kursi didepanku dan dia duduk disana. Dia memandangku begitu dekat.
“eoh?” kejutku
“kkk~ wae? Tidak biasanya kau seperti ini?”
“aku hanya terkejut bodoh. Jauhkan wajahmu dari wajahku.” Kesalku
“tidakkah kau sadar betapa keren nya aku?”  ujarnya
“kau? Keren? Tarik kata-katamu itu”
“huh? Kau begitu menyebalkan pagi ini. Hal apa yang merusak pikiranmu eoh?”
“ha? Sejak bertemu denganmu pikiranku rusak. Tidakkah kau menyadarinya? Kau selalu membuat hidupku kacau 3 tahun ini. Kau selalu menggangguku setiap pagi, siang., dan malam..”
“dan juga selalu melindungimu tiap pagi, siang, sore dan malam” tukasnya
Aku terdiam. Yang dikatakannya benar. Hhh~ dasar. Sejak kapan dia berubah menjadi pria pintar seperti itu.
“kau terdiam. Berarti itu benar. Jaerin-ah, aku tidak sebodoh yang kau pikirkan. Jadi aku tau apa yang kau pikirkan dan inginkan. Kau berubah akhir-akhir ini, kau mulai menjauhiku? Wae? Apa yang salah denganku? Kau tak lagi ingin berangkat bersamaku? Wae?” tanyanya
“tulis saja pertanyaanmu di kertas lalu aku akan memberikanmu jawaban. Tidak cukup waktu jika aku harus menjawab semua itu sekarang.”
“aisshh”
Ting-Tong-Ting-Tong
Pelajaran dimulai. Aku masih sedikit kesal dan senang? Ahh, jenis perasaan apa lagi ini.

Pulang sekolah. Itu waktu yang tepat untuk makan ramen bersama Jongin. Tapi entah kenapa setahun terakhir ini aku makan ramen bersamanya. Karena aku terlalu sibuk pada pelajaran eoh? Hhh~ berani taruhan. Kapan aku pernah benar-benar serius pada pelajaran? Menjelang ujian? Ahahahh baiklah aku memang serius tapi saat aku berada dirumah dan saat di kelas. Hanya saat itu. Dan saat lengang seperti ini tidak.
Aku hanya terdiam di depan gerbang sekolah sambil . .
Ahh,. Tidak. Aku tidak menunggunya. Aku tidak menunggu jongin. Tapi, ahh,. Kemana dia? .__.
“Kau menungguku?” sahutnya dari kejauhan.
Aku segera memalingkan pandanganku darinya dan berjalan menuju halte bus.
“ahh,. Anak itu. Apa yang salah dengannya.”
Dia menyusul ku ke halte bus. Tapi aku lebih dulu bertemu dengan Xi Luhan. Dia kakak kelasku di SMA ini. Dia sudah lulus setahun yang lalu. Aku lumayan dekat dengannya. Dia siswa yang populer. Sekalipun ia sudah lulus dari sekolahku tapi siswa perempuan di sekolahku masih menyukainya. Bahkan mereka berusaha agar mereka masuk universitas yang sama dengan Luhan. Hhhh~ beginikah hidupku? Hidup dikelilingi orang keren, tapi kekerenan mereka tidak bisa menular padaku? Dasar. Aku malah mendapatkan cacian karena aku dekat dengan mereka berdua. Apa itu salahku eoh? Mereka yang menyapaku terlebih dahulu. Aku bahkan masih mengingat saat Jongin dengan sengaja memimjam bukuku tanpa permisi dan akhirnya dia mengembalikannya juga tanpa permisi setelah ia selesai menuliskan nomor teleponnya di bukuku. Dia begitu berharap aku menghubunginya. Tapi aku tak melakukan itu. Dan pada akhirnya dia datang padaku, kkk~ itu sangat lucu.
Flashback/
“ya! Kenapa kau tidak menghubungiku?” kata Jongin yang tiba-tiba berada didepanku
“....”
“hey!!”
“jadi kau yang menuliskan nomor itu dibukuku? Tsk~ mengesankan.”
“apa maksudmu dengan ‘mengesankan’? tentu aku sangat mengesankan dan keren”
“keren? Jika kau keren seharusnya kau datang langsung padaku dan mengatakan ‘Jaerin-ah, tolong telfon aku nanti malam’~~”
“apa kau?!! Argghhh./”
“wae? Kau benar-benar tidak keren”

Flashback/off/

Hhh~ aku tau Jongin tidak menyukai Xi Luhan. Sekalipun kami bertiga kadang makan bersama di kedai ramen. Itu tidak menjamin hubungan mereka baik-baik saja. Mereka mungkin sering bertarung? Demi apa? Apa itu demi aku? Itu konyol. Mereka saling iri satu sama lain karena mereka kadang kehilangan kepopuleran mereka diantara gadis-gadis. Memuakkan memang, ketika aku berada diantara mereka hanya sebagai ‘tukang pos’ iya. Tukang pos. Beberapa siswa putri akan datang padaku dan memintaku untuk menyampaikan salam mereka pada Jongin dan juga Luhan. Dan itu tanpa bayaran. Tsk~ kapan kehidupan di sekolah penuh uang?
“annyeong~” tsk Dasar Xi Luhan. Kenapa ia semakin tampan?
“hhh~ ne.”
“long time not see. How are you?”
“jinjja? Kupikir kita baru bertemu 1 pekan yang lalu. Hahah XD” aku mencoba menghangatkan keadaan yang sepertinya ‘awkward’ ini. Aku tidak melihat Jongin di radius 1 meter dari kami. Jadi ini aman.
“aahh, benarkah?”
Aku hanya mengangguk pelan. Dan duduk di bangku halte.
Mataku mengintari sekelilingku. Kulihat Jongin mematung di gerbang sekolah dan Ia berbalik arah kembali masuk ke sekolah. Demi apapun, aku belum pernah melihatnya seperti itu.
“mmm, kau ingin ramen? Ahh,. Maksudku.,”
“ramen? Aku sudah lama tak makan ramen disana. Kajja!” sahutku lalu beranjak dari bangku.
“ya! Kenapa kau hanya diam? Kajja! Hari sudah semakin malam eomma ku akan memarahiku jika aku pulang terlalu larut!” kataku pada Luhan karena ia hanya mematung dengan memasang ekspresi seolah tak percaya seperti itu.
“ah, tidak. Aku hanya tidak percaya kau sesemangat itu. Dan tanpa Jongin akankah kau makan ramen hanya bersamaku? Itu aneh.” Jawabnya
“aku semangat karena kau yang akan membayarnya kan?”
“MWO?!”
Aku hanya tertawa lalu berjalan pergi.

@ramyunshop
“akankah kau makan untuk piring ke dua?” tanya Luhan padaku
“kenapa kau bertanya seperti itu, eoh? Aku tidak makan sebanyak Jongin. Jadi tenanglah.”
“emm, bagaimana dengan ..”
“mwoya?” aku segera memotong kalimatnya.
Suasana ini benar-benar aneh. Awkward. Kami memang sedikit canggung sejak pesta perpisahan Xi Luhan di sekolahku. Yahh,. Entahlah. Aku berusaha menghilangkan memori tentang itu tapi aku masih mengingatnya dengan jelas.

Flashback/on/
“jaerin-ah, aku benar-benar sedih harus meninggalkan sekolah ini.”
“kau sedih karena kau akan meninggalkan begitu banyak fansmu disini. Tenanglah, kau akan mendapat fans lebih banyak saat di universitas nanti” kataku sambil menepuk pundaknya.
“hey, kenapa kau berfikir seperti itu? Aku bukan orang yang gila akan popularitas.”
“lalu? Kenapa kau begitu sedih? Anak laki-laki biasanya tidak akan sedih saat akhir tahun pelajaran, mereka bahkan tidak merasakan berpisah dengan teman-teman mereka yang telah 3 tahun bersama. Benar-benar tidak peka”
“geure, itu benar. Aku tidak sedih karena fansku, ataupun temanku. Tapi aku sedih harus berpisah denganmu.”
“........”
“jaerin-ah, tidak kah kau peka? Aku menyukaimu.”
“........” aku kembali terdiam
“mianhae, aku tau aku.., aku terlambat mengatakan ini. Tapi,.”
“mwo? Kau menyukaiku? Tentu saja kau harus menyukaiku, jika kau tak menyukaiku mana mungkin kau akan membayar makananku? Kau aneh sekali.”
“ya!! Tidakkah kau mengerti? Aku harus bagaimana? Apakah perlu aku menciummu sehingga kau tau jika aku menyukai dan mencintaimu?”
“jangan bicarakan tentang cinta. Karena aku tak tau itu apa.,” kataku pelan.
Aku mengerti benar kenapa selama ini Xi Luhan begitu baik dan perhatian padaku. Dia menyukai ku. Aku juga menyukainya, ya.. aku menyukainya. Sebagai teman. Sebagai kakak dan sebagai sahabatku. Aku menyukainya tapi tak ingin memilikinya. Dia terlalu sempurna untukku. Aku hanya terdiam setelah mengatakan itu. Memang benar, aku masih muak dengan cinta.
Luhan terlihat frustasi dengan reaksiku tadi. Tapi dia justru mendekat padaku dia nyaris menciumku. Itu hanya nyaris. Karena Jongin datang kemari..,. aku berterimakasih padanya.
“hey! Bagaimana bisa kau melakukan ini semua?”
“pergilah bersama teman-temanmu. Ini pesta kelulusanmu. Kau akan menyesal nantinya.” Lanjutnya.
Dari nadanya jelas, Ia tidak suka Luhan bersamaku. Apalagi dengan posisi seperti tadi. Itu sangat mustahil jika Jongin masih mau bersamaku selanjutnya.
Akhirnya Luhan pergi dengan sangat kecewa. Aku tau itu, terlihat jelas diwajahnya. Xi Luhan, maafkan aku.
“Kau. Jangan berani-beraninya kau berkencan dengan pria lain.” Kata Jongin ketus.
“sshhh~ apa hakmu melarangku berkencan dengan Xi Luhan?” aku segera melangkah pergi tapi Jongin menarikku dan memelukku. Ini gila. Dari drama mana dia belajar ini semua.
“berhentilah menjadi gadis bodoh. Aku ada disini kenapa kau masih menginginkan yang lain eoh?”
“.....”
“sebagai gantinya kau harus mentraktirku makan hari ini.”
“ahhh,. Ini hanya akal-akalmu saja!” aku menginjak kakinya dan pergi meninggalkannya.
Sejak saat itu aku jarang bersama Luhan. Meskipun kami bertemu, tapi kami hanya saling melempar senyum dan tak berbicara satu sama lain.
Dan sejak saat itu pula begitu banyak siswa perempuan tambah membenciku. Entah dari mana kabar tentang Xi Luhan yang menyukaiku dan menyatakan perasaannya itu terkuak. Yahh,. Baiklah mungkin Xi Luhan memiliki seorang stalker. Alasan mereka membenciku adalah mereka mengatakan bahwa aku adalah gadis sombong. Heol~ mereka mengatakan padaku jika aku tidak bersyukur dan mengapa aku menolak atau dalam kata lain menyakiti perasaan Xi Luhan. Aisshhh,. Dasar gadis gila! Jika aku tidak ingin bersamanya, apa itu masalah untuk kalian? Iya benar. Kubilang Xi Luhan terlalu sempurna untukku.
Bagaimana mungkin aku akan berkencan dengan namja keturunan China yang bersekolah di sekolah elite seperti ini, dia kaya. Pewaris tunggal perusahaan properti milik ayahnya. Selain itu dia tampan, populer tapi dia juga sangat pintar. Dia baik kepada siapa saja meskipun dia tidak menyukai orang itu. XI LUHAN. Atau sebut saja ‘TUAN MUDA’ . hidupnya jauh jika dikatakan sangat baik tapi hidupnya ‘EXCELLENT’.
Aku sudah bersyukur karena dia menyukaiku. Tapi aku tidak menginginkannya. Maafkan aku.

Flashback/Off/

Cheotsarang~
Ijeul su eopsneun naesarang~

[Eomma.]

Aku mengisyaratkan pada Luhan untuk diam dan aku meraih ponselku. Itu eommaku.

“Ya! Jaerin-ah. Dimana kau? Cepat pulang! Ini sudah larut..kau harus segera menyelesaikan tugasmu dan bangun pagi besok”
“ahhh,.ne. aku akan segera pulang”
Tuttt~Tuttt
Eommaku benar-benar seseorang yang sangat hemat. Tsk.

“kau harus pulang sekarang? Baiklah aku akan mengantarmu”
“ah.. tidak perlu. Selesaikan makanmu dan aku akan pulang sendiri. Anyeong, see you later~”
Aku segera bergegas pulang karena jika tidak eomma ku akan benar-benar marah.


#next morning
“aahh, bagaimana kencanmu kemarin? Bagaimana bisa kau berkencan tanpa mengatakannya pada kami? Hahahhahh” celetuk Chanyeol dan kemudian dia tertawa. Hh~ dia memang aneh.
“tentu saja menyenangkan, karena dia bisa mendapatkan berbagai benda dengan gratis darinya. Bukan begitu?” kata Sehun sambil bertanya pada Jongin. Jongin hanya diam dan seolah tak menghiraukan perkataan Sehun.
“Diam kalian!!” kataku sambil memukul Chanyeol dan Sehun dengan tasku.
“auuuwww,. Apa tasmu berisi batu, eoh? Sakit sekali bodoh!” kata Chanyeol kesakitan
“kkk~ itu benar. Aku sengaja mengisi tasku dengan batu karena aku tau kalian pasti akan menggangguku. Tsk~” jawabku asal
“dasar gadis gila” celetuk Sehun
“siapa yang lebih gila? Seorang gadis gila atau seseorang yang berteman dengan gadis gila?” jawabku ketus lalu melanjutkan perjalananku ke sekolah. Jongin sudah jauh didepan kami.
Ya, seperti yang kau lihat. Hari ini kurang begitu bagus. Karena pada awalnya aku hanya bersama Jongin untuk berangkat ke sekolah. Tapi dua makhluk itu tiba-tiba muncul. Ahhh,. Mereka selalu menggangguku ketika aku bersama Jongin. Dan mereka bukan hanya berdua. Masih ada Baekhyun di geng mereka. Mengenaskan memang, ketika aku bertanya dimana Baekhyun mereka menjawab bahwa Baekhyun sedang sakit. Hahhahh,. Itu lebih baik karena penggangguku berkurang. Ya berkurang satu.
Aku lebih akrab dengan teman laki-laki ku dibanding dengan teman perempuanku. Aku hanya berteman akrab dengan perempuan saat aku SMP dulu. Dan kami masih bersama hingga kini. Diantara geng SMP ku dulu akulah satu-satunya yang berada di sekolah ini. Jadi kami jarang bertemu. Tapi jika sekali bertemu, ahhh hancurlah dunia.
Saat aku berdiri tepat di gerbang sekolah, tiba-tiba seseorang menyeretku dari belakang. Tasku, Ia menarik Tasku begitu kuat. Ahhh,. Dasar orang ini.
“ayo kita membolos.” Celetuknya dengan wajah tanpa dosa.
“membolos? Kau gila”
“sepertinya” jawabnya singkat.
“kau tau kannn___”
“kita ini sudah kelas 3 sebentar lagi ujian jangan coba-coba membolos dari kelas ataupun melakukan hal yang tidak penting. hanya fokuslah pada pelajaranmu agar kau mendapatkan universitas yang kau inginkan dan supaya nantinya kau bisa sukses. Kau tau sukses?. Itu yang ingin kau katakan?” Jongin memotong kalimatku dan mengatakan hal yang seharusnya ingin aku katakan. Dia benar-benar mengagumkan
Aku menarik nafasku dalam-dalam dan menyeretnya menjauh dari gerbang sekolah.
“kau setuju membolos?”
“aku tidak mengatakannya.” Jawabku sekenanya
“lalu untuk apa kau ke halte bus?”
“aku ingin memastikan jika kau benar-benar membolos lalu aku akan melaporkanmu pada seongsangnim.”
Dia hanya melongo mendengar perkataanku.
“ahh,. Lupakan.” Kali ini Jongin memegang tanganku dan berjalan menuju gerbang sekolah. Akhirnya dia sadar juga,. Kim Jong In seharusnya kau seperti ini dari tadi.
“aku tidak akan membolos pagi ini. Hanya saja aku tidak akan menghadiri kelas hari ini” setelah mengatakan kata-kata bodoh itu Dan dia berlari menyeretku karena yahh dia memegang tanganku. Dia berbalik arah dan berlari menuju halte bus. Beruntung sekali karena bus baru saja datang akhirnya dia menyeretku juga masuk ke dalam Bus. Ini film action.
“huhh,. Huhh,.mengesankan bukan?” katanya. Mengesankan? Itu katamu? Hhh~ dasar. Ini memang mengesankan bodoh.
Aku duduk disampingnya. Dan menunjukkan tanganku yang merah karena kejadian tadi padanya.
“lihatlah,.berapa yang akan kau bayar untuk semua ini?” kataku.
“aigoo,.apa itu sakit?” tanya nya begitu santai.
“ini tidak menyakitkan karena kau yang melakukannya.”
“ahh? Jinnja?!”
“bodoh! Kau pikir aku akan mengatakan kata-kata bodoh seperti itu?! Ini tetap menyakitkan!” kataku sambil memukul kepalanya.
“aisssh. Berhentilah menyakitiku.”
“bukankah seharusnya aku yang mengatakan itu?”
“sudahlah. Kita saling menyakiti. Tapi kapan kita saling menyayangi?”
“saat Baekhyun setinggi Chanyeol.”
“baiklah, besok aku akan menyuruh Baekhyun untuk memakai insoles supaya dia bisa setinggi Chanyeol dan kita bisa saling menyayangi mulai besok.”
“tutup mulutmu”
“Jaerin-ah, sepertinya kita memang butuh bicara”
“bukankah dari tadi kau sudah bicara?”
“ahh,. Sudahlah. Ahjussi! Aku berhenti disini. Kajja” dia menarikku lagi.


“ya! Kau mau membawaku kemana? Jangan sembarangan, kau lihat kan kita masih berseragam?” tanyaku padanya
Dia hanya mengangguk.
Dan akhirnya kami berhenti didepan kedai ramen langganan kami. Rasanya seperti deja vu. Kembali pada akhir tahun ajaran kelas 1. Aku bersama Jongin sering sekali kemari. Makan bersama, bercanda bersama hingga tidak sadar jika hari sudah benar-benar larut. Alhasil kami kena marah eomma masing-masing. Hhhh~~ rasanya itu sudah lama sekali. Dan sekarang rasanya aneh.
Yah begitulah. ., ada kalanya kami bersama dan ada kalanya kami tidak akur.

Flashback/On
Hari ini seperti biasa, aku pulang bersama Jongin. Karena hingga sekarang dialah satu-satunya sahabatku yang selalu bersamaku. Dan sepertinya dia juga begitu. Kami kembali ke kedai ramen langganan kami,
Kami makan dengan normal. Diselingi dengan berbagai candaan juga. Hahahh, beginilah kami.
“ya,. Jaerin-ah,. Apa kau ingin tau sesuatu?” tanyanya
“shireo,.”
“Ya! Apa susahnya menjawab iya?”
“Ya! Kau ini bagaimana, jika aku menjawab tidak ya itu berarti tidak.” *Pletaaakkk aku memukul kepalanya dengan keras.
“aiggooo,. Kau ini. Dengarkan aku sebentar”
“aissshh,. Baiklah baiklah aku akan pura-pura ingin tau.”
“jadi begini,. Bagaimana jika aku itu ternyata menyukaimu?”

DEG
DEG

Aku berhenti menyantap ramen ku. Aku masih mencerna kata-katanya. Aahhh.,. itu hanya kemungkinan.
“wae? Kenapa kau diam?” tanya Jongin padaku
“bagaimana itu bisa terjadi. Itu mustahil”
“itu nyata. Aku menyukaimu. Sejak....”
“sejak pertama bertemu,.? Ahhh,. Kata-kata bodoh. Apa pria selalu menggunakan kata-kata itu untuk menyatakan perasaannya?”
“YA!” PLAAAKKK. Apakah kau tau apa yang dilakukan Jongin padaku, huh? Dia menamparku. Iya menampar. Kami memang sering bertengkar seperti ini, saling pukul saling tampar dan saling menjitak satu sama lain.
“YA! JONGIN-AH! WAE?!!” teriakku tidak terima
“Kau yang kenapa? Tidak bisakah kau mendengarku hingga aku selesai berbicara? Aigooo”
Aku hanya memanyunkan bibirku dan kembali makan ramenku.
“jadi aku menyukaimu sejak kau menolak untuk menghubungiku. Jadi aku meminta nomor ponselmu ke temanmu, dan temanmu itu ternyata menyukaiku. Tentu saja aku tidak menerimanya, karena aku itu menyukaimu dan bukannya dia. Jadi, apakah kau juga menyukaiku?”
“haruskah aku menjawabnya? Cepat bayar ramennya dan kajja kita pulang. Sudah jam 7.30 bodoh!” aku menghindari pertanyaannya dan berdiri dari tempatku dan keluar dari kedai.
“YA! TUNGGU AKU, BODOH!!!”


Jongin menyukaiku? Itu aneh. Tapi hhh~ aku sudah menebaknya, karena Ia rela tidak bersama teman-temannya dan Ia memilih bersamaku. Kemanapun Ia ingin bersamaku,. Dan aku? Apakah aku menyukainya?
Tentu.
Sejak Ia mendekatiku, aku menyukainya. Karena Jongin juga selalu bersamaku itu juga alasannya. Jongin memang terlihat dingin diluar, tapi jika kau bisa lebih dekat dengannya dia bukan namja seperti itu. Dia namja yang bisa diajak berbicara heart-to-heart dia bisa menenangkanku dengan caranya. Dia bisa membuatku tidak kesepian, dan
“Hhhh~ hari sudah malam, Nona pelamun” sahut Jongin dan Ia merangkul bahuku dari belakang. Kkkk~ kami sering melakukan ini, tapi ini pertama kalinya aku merasa lebih nyaman.
“berhentilah memanggilku seperti itu, tuan Kim”
“Hahahhhhh,. Kalau begitu berhentilah melamun,. Mmm tapi jangan berhenti melamun jika dalam lamunan mu itu adalah Aku. Hahahhah”
“YA!!! Lepaskan aku!!”
“Shireo!! Hahhah”
Jongin, dia cute bukan?
Flashback/Off

“Kau tidak pernah berubah.” Kata Jongin dan itu membuyarkan semua lamunanku.
“Kau punya uang untuk mentraktirku?”
“apa yang tidak bisa kulakukan untukmu, huh?.”
“tsk, Dasar”


“aku sudah meminta maaf padamu, tapi kenapa kau sepertinya masih begitu membenciku?”
“siapa yang mengatakannya?”
“kau selalu seperti itu? Berhentilah berpura-pura.”
“hhh~ baiklah. Kau ingin aku mengatakan semuanya?”
“geure, katakan semuanya dan kita mulai lagi dari awal.”
“siapa orang yang bisa begitu mudah memaafkan seseorang yang sudah menyakiti hatinya lalu Ia kembali lagi untuk meminta maaf dan melakukan kesalahan yang sama lagi dan lagi?”
“hanya itukah?___”
“berhenti, diamlah. Aku akan mengatakan semuanya.”
dan juga ketika aku sedang dekat dengan Park Chanyeol kau tiba-tiba kembali dan aku malah mengabaikanmu. Maafkan aku karena saat itu aku benar-benar sakit karena kau. Tapi aku masih menyukaimu. Dan saat aku tidak dekat dengan Park Chanyeol, aku kesepian. Aku mengharapkanmu datang dan ternyata Kau menyerah menungguku. Jongin-ah, aku mendengar ini dari temanmu jika kau menyukai gadis lain,. Tapi kau juga masih menghubungiku,. Dan tahukah kau jika saat itu aku benar-benar ingin kembali seperti dulu? Tapi apa,? Hanya karena candaan  kecil yang kau salah mengerti, kau menjauhiku. Menjauhiku. Menghapus nomor ponselku, dan memutuskan semua komunikasi denganku. Dan aku juga mendengar ini dari temanku jika kau ingin melupakanku, jadi saat itu aku berhenti, aku berhenti menginginkanmu bersamaku lagi. Dan”
Aku tidak tau ini apa,. Aku bukan mengaku di depan polisi. Tapi aku? Kenapa air mataku jatuh?
Jongin hanya diam dan tatapannya kosong. Entahlah aku tidak tau ini berarti apa.
“dan saat itu pula, aku sangat membencimu.berusaha melupakanmu dan tidak lagi menyukaimu. Tapi apa aku bisa? Dan jawabannya adalah Tidak. Aku masih menyukaimu”
“gomawo” katanya singkat
“wae?”
“kau masih menyukai dan mau menerima orang sepertiku,. Aku tidak sadar jika kau begitu___”
“berhentilah mengatakan tentang itu, kau ingin memulainya dari awal kan? Jika begitu masri lupakan tentang itu,.” Katanya mengusap pipiku yang basah karena air mataku
Memaafkan. Jika aku tidak benar-benar menyukainya, mana mungkin aku memaafkannya. Aku baru bisa melupakan semua yang telah Jongin lakukan padaku saat awal kelas 3.

/Flashback/On/
Seorang namja yang masih menghubungimu meskipun Ia telah menyukai gadis lain.
Itu menyebalkan,.
Dan namja itu datang lagi padaku. Bagian ini benar-benar memuakkan.
Jongin.
“Annyeong” kata Jongin mengawali pembicaraan
Sial. Benar-benar tidak beruntung, aku terjebak di sekolah karena hujan bersamanya. Aku masih begitu kesal padanya jadi,. Aku tak menghiraukannya.
“ya! Kau telah benar-benar melupakanku?”
“bukankah seharusnya aku yang bertanya seperti itu?” jawabku
“hhhh~ aku merindukanmu”
“bagaimana bisa kau merindukan orang lain? Yeojachingumu pasti akan marah”
“mwo?”
“sekarang kau yang berpura-pura tak tau. Itu keren” kataku lalu melangkah pergi.
Aku memutuskan untuk pulang, meskipun keadaan hujan lebat dan aku tidak membawa mantel ataupun payung.
Kurang lebih 5 menit aku berjalan dibawah hujan. Apakah aku berharap Jongin menyusulku? Hhh~ tidak. Aku bukan siapa-siapa lagi baginya.

“Kau tetap yang terbaik untukku”
Aku menoleh kebelakang dan Jongin datang dengan payung ungu yang entah itu berasal dari mana. Dia mendekatiku, dan meraih tanganku.
“berhentilah menyiksa dirimu. Kajja aku akan mengantarmu pulang”
Dia menggandengan tanganku dan mulai berjalan. Kami terdiam. Bagaimana tidak, Kondisi hubungan kami memang sedang ‘awkward’ dan tiba-tiba dia menghentikan langkahnya. Otomatis langkahku juga ikut terhenti karena Ia masih memegang tanganku.
“Maafkan aku, aku mencoba melupakanmu karena aku takut menyakitimu lagi”
“bukankah kau akan lebih menyakitiku jika kau melupakanku?” tanyaku dan sontak membuat Jongin terkejut
“Mwo?”
“apa kau sekarang tuli?” tanyaku sekenanya
“aahh,. Siapa yang mengatakan padaku jika dekat denganku adalah suatu musibah dan aku tidak pernah memberimu apapun kecuali luka dan pengalaman pahit?”
“eungg..”
Dia menatapku lekat dan aku memalingkan pandanganku darinya.
“apa kau tidak tau jika saat itu aku hanya bercanda?”
“bercanda?” tanyanya Kaget.
Aku hanya mengangguk pelan mendengar ucapannya.
“aissshh jinjja!!”
“geure, jika begitu semuanya telah terselesaikan. Kembalilah padaku” kata Jongin melanjutkan kalimatnya
“Shireo..”
“wae?”
“kau kan sudah menyukai gadis lain,” jawabku ketus.
“i just play with her”
Aku terkejut mendengar perkataannya, dan menoleh padanya.
“wae? Kau mau kembali padaku?”
“shireo,. Aku hanya ingin  bertanya padamu. Apakah kita berkencan sebelumnya?”
“HA?! Lalu kau pikir itu semua apa? Apa kau pikir itu hanya hubungan antar teman? Jika itu hanya hubungan pertemanan mana mungkin aku bisa semanis itu padamu?”
“geure,. Terserah apa katamu. Yang jelas kajja cepat pulang, hujannya semakin lebat bodoh!”
“aku akan mengantarmu ketika kau bilang ‘IYA’”
“aiisshh.. ‘IYA’”
“kajja,.”
“maksudku, IYA aku akan benar-benar memaafkanmu beberapa bulan kedepan :P”
“YA!!! APA KATAMU?!”
[Flashback/Off]

“kau sudah memaafkanku?”
“kau masih bertanya? Jika aku belum memaafkanmu aku tidak akan mungkin mau membolos bersamamu.”
“Lupakan gadis yang kau sukai sebelumnya dan hanya fokuslah padaku.” Lanjutku
“aku tidak bisa fokus padamu,.”
“Ha?”
“bukankah kau mengatakan padaku jika aku harus fokus pada pelajaran, eoh?”
PLAAAKKKK!!!
Aku menamparnya. Senang rasaya aku bisa melakukan ini lagi.


[SKIP TIME]

@Graduation
Kami LULUS. Yaahh,. Benar-benar lega rasanya. Aku sudah mengikuti seleksi masuk universitas. Dan juga aku mendapatkan beasiswa di salah satu universitas. Dan itu adalah universitas tempat Xi Luhan berada. Aku bingung, jelas. Dan sepertinya aku tidak bersama Jongin saat universitas nanti. Jongin tidak ingin mengatakan padaku kemana Ia melanjutkan studynya. Dasar.
“Hai, Tuan Kim”
“Hahahhah,. Ne anyyeong”
“kau sudah memutuskan mau kemana?”
“tentu, ini keputusanku sejak di kelas 2.”
“Begitukah? Kenapa kau tidak mengatakan ini padaku sebelumnya?”
“siapa kau? Haruskah aku memberitahukan seluruh kegiatanku padamu?”
“ckckc~ kau mulai lagi.”
“Hahahahh,. Mianhae,.”
“geure,/ arasso..ini.” aku memberinya sepotong(?) pita warna ungu tua.
“ige mwoya?”
“kenang-kenangan..”
“kenapa harus pita ungu?”
“karena aku tidak punya apapun untuk kuberikan padamu”
“aishhh,. Jinnjja.”
“kalau begitu jangan memberiku kenang-kenangan.” Lanjutnya
“wae? Kau tidak menerimanya? Dasar! Apa sebenarnya yang kau inginkan, huh?!!!” kataku kesal
“maksudku untuk apa kau memberiku kenang-kenangan jika kita satu universitas nanti?”
“MWO??!!”
“baksu.. baksu..baksu(korean: Clap)”
“Jongin-ah,. Bagaimana bisa?”
“aku akan menjelaskannya nanti. Yang penting, tunggulah hasil seleksi itu keluar dan jangan menerima beasiswa di universitas tempat Xi Luhan belajar, ne?”
“ahhh,. Jinnjjaa!!!” aku benar-benar ingin menamparnya sekarang.
Kim Jong In kau benar-benar brengsek. Jika sepeti ini aku tidak akan menangis karena kupikir kita tidak satu universitas!!
Saat aku ingin menamparnya, dia menahan taganku dan dia memelukku.
Ini pelukan pertama kami. Kami memang berkencan sebelumnya tapi tidak untuk melakukan hal-hal seperti ini. Yah,. Kami belum pernah berpelukan, dan juga Ciuman. Ini memang kesepakatan kami. Dan Juga kami masih anak sekolah, lagi pula kami tidak tau cara melakukannya.
Dia melepaskan pelukannya menjitak kepalaku.
Pletaakkk
“jangan berani menamparku lagi, Kau mencintaiku kan?”
Cinta?
Terdengar aneh. Apa karena kita sudah lulus jadi dia mengganti kata ‘Suka’ menjadi ‘Cinta’??
Dia biasanya akan berkata “apakah kau menyukaiku?” tapi tadi apa?
Cinta?
Perlu waktu untukku mengerti tentang itu.
Dan kupikir Jongin akan membantuku mengetahui apa itu ‘Cinta’


“Awal ataupun akhir, Jika kau mencintainya. Kau pasti akan bersamanya”


_________THE END___________






2 comments:

  1. keren kok :) Singkat tapi cukup mengena,aku tersentuh jongin *what?
    lanjutkan aku tunggu soalnya aku gak pinter nulis
    AJA AJA FIGHTING!

    ReplyDelete
  2. hheheh :D ini ceritanya ngasal banget, gomawo commentnya, jadi semangat nulis lagi :D

    ReplyDelete

Followers

Designed ByBlogger Templates