Cast : ada didalam cerita *PLAAKKK
Rate : terserah anda
Kapan
kau mulai menyadari jika orang disekitarmu itu keren?
Eungg,..
aneh memang. Aku telah bersamanya sejak kelas 1. Tapi, aku tidak benar-benar
tau jika dia sekeren itu 3 tahun yang lalu.
Kami
bersahabat. Teman? Dan ahh,. Entahlah.
Aku
membencinya. Tapi aku tidak bisa jika dia jauh dariku. Aku selalu ingin
bersamanya. Yahh,. Aku merasa tidak nyaman dengan laki-laki lain selain dia. Dia
satu-satunya teman laki-lakiku yang mengerti aku.
Dia
juga salah satu alasan mengapa aku selalu bangun dipagi hari, lalu mandi dan
menyantap sarapan eommaku.
Ini
tahun ketigaku di sekolah ini. Ahh,. Kupikir baru kemarin aku bertemu
teman-temanku disini. Tapi kenapa kami akan ujian sebentar lagi? Biasanya aku
akan merasa sangat bosan mendengar kata ‘ujian’ tapi kali ini aku sangat
bahagia. Karena dengan inilah aku melangkah ke universitas yang aku inginkan.
“Ya!
Apa kau begitu menyukai itu?”
“mwoya?”
tanyaku padanya. Dia memang selalu memancingku dengan pertanyaan anehnya.
“melamun”
“oh.”
“hanya
itukah jawabanmu?aisshh” katanya. Lalu ia melangkah menuju bangkunya dan
melemparkan tasnya dengan gaya khasnya. Apakah itu keren? Ahh, tidak juga. Karena
aku sering melihat itu. -_-
10
menit lagi pelajaran dimulai. Jika pada 2 tahun sebelumnya aku dan Jongin
selalu datang nyaris terlambat karena begitu malas pergi ke sekolah, 1 tahun
terakhir ini kami berbeda. Kami menjadi murid yang lebih rajin dari tahun
sebelumnya. Nilai kami? Aku tidak tau tentang ini, pada semester awal tahun ini
nilai kami merosot jauh. Entahlah yang jelas aku telah melakukan semua itu
dengan cara terbaikku. Tentang hasil? Aku tidak benar-benar peduli.
Kemudian
dia kembali menghampiriku. Dia menyeret kursi didepanku dan dia duduk disana. Dia
memandangku begitu dekat.
“eoh?”
kejutku
“kkk~
wae? Tidak biasanya kau seperti ini?”
“aku
hanya terkejut bodoh. Jauhkan wajahmu dari wajahku.” Kesalku
“tidakkah
kau sadar betapa keren nya aku?” ujarnya
“kau?
Keren? Tarik kata-katamu itu”
“huh?
Kau begitu menyebalkan pagi ini. Hal apa yang merusak pikiranmu eoh?”
“ha?
Sejak bertemu denganmu pikiranku rusak. Tidakkah kau menyadarinya? Kau selalu
membuat hidupku kacau 3 tahun ini. Kau selalu menggangguku setiap pagi, siang.,
dan malam..”
“dan
juga selalu melindungimu tiap pagi, siang, sore dan malam” tukasnya
Aku
terdiam. Yang dikatakannya benar. Hhh~ dasar. Sejak kapan dia berubah menjadi
pria pintar seperti itu.
“kau
terdiam. Berarti itu benar. Jaerin-ah, aku tidak sebodoh yang kau pikirkan. Jadi
aku tau apa yang kau pikirkan dan inginkan. Kau berubah akhir-akhir ini, kau
mulai menjauhiku? Wae? Apa yang salah denganku? Kau tak lagi ingin berangkat
bersamaku? Wae?” tanyanya
“tulis
saja pertanyaanmu di kertas lalu aku akan memberikanmu jawaban. Tidak cukup
waktu jika aku harus menjawab semua itu sekarang.”
“aisshh”
Ting-Tong-Ting-Tong
Pelajaran
dimulai. Aku masih sedikit kesal dan senang? Ahh, jenis perasaan apa lagi ini.
Pulang
sekolah. Itu waktu yang tepat untuk makan ramen bersama Jongin. Tapi entah
kenapa setahun terakhir ini aku makan ramen bersamanya. Karena aku terlalu
sibuk pada pelajaran eoh? Hhh~ berani taruhan. Kapan aku pernah benar-benar
serius pada pelajaran? Menjelang ujian? Ahahahh baiklah aku memang serius tapi
saat aku berada dirumah dan saat di kelas. Hanya saat itu. Dan saat lengang
seperti ini tidak.
Aku
hanya terdiam di depan gerbang sekolah sambil . .
Ahh,.
Tidak. Aku tidak menunggunya. Aku tidak menunggu jongin. Tapi, ahh,. Kemana
dia? .__.
“Kau
menungguku?” sahutnya dari kejauhan.
Aku
segera memalingkan pandanganku darinya dan berjalan menuju halte bus.
“ahh,.
Anak itu. Apa yang salah dengannya.”
Dia
menyusul ku ke halte bus. Tapi aku lebih dulu bertemu dengan Xi Luhan. Dia
kakak kelasku di SMA ini. Dia sudah lulus setahun yang lalu. Aku lumayan dekat
dengannya. Dia siswa yang populer. Sekalipun ia sudah lulus dari sekolahku tapi
siswa perempuan di sekolahku masih menyukainya. Bahkan mereka berusaha agar
mereka masuk universitas yang sama dengan Luhan. Hhhh~ beginikah hidupku? Hidup
dikelilingi orang keren, tapi kekerenan mereka tidak bisa menular padaku? Dasar.
Aku malah mendapatkan cacian karena aku dekat dengan mereka berdua. Apa itu
salahku eoh? Mereka yang menyapaku terlebih dahulu. Aku bahkan masih mengingat
saat Jongin dengan sengaja memimjam bukuku tanpa permisi dan akhirnya dia
mengembalikannya juga tanpa permisi setelah ia selesai menuliskan nomor
teleponnya di bukuku. Dia begitu berharap aku menghubunginya. Tapi aku tak
melakukan itu. Dan pada akhirnya dia datang padaku, kkk~ itu sangat lucu.
Flashback/
“ya!
Kenapa kau tidak menghubungiku?” kata Jongin yang tiba-tiba berada didepanku
“....”
“hey!!”
“jadi
kau yang menuliskan nomor itu dibukuku? Tsk~ mengesankan.”
“apa
maksudmu dengan ‘mengesankan’? tentu aku sangat mengesankan dan keren”
“keren?
Jika kau keren seharusnya kau datang langsung padaku dan mengatakan ‘Jaerin-ah,
tolong telfon aku nanti malam’~~”
“apa
kau?!! Argghhh./”
“wae?
Kau benar-benar tidak keren”
Flashback/off/
Hhh~
aku tau Jongin tidak menyukai Xi Luhan. Sekalipun kami bertiga kadang makan
bersama di kedai ramen. Itu tidak menjamin hubungan mereka baik-baik saja. Mereka
mungkin sering bertarung? Demi apa? Apa itu demi aku? Itu konyol. Mereka saling
iri satu sama lain karena mereka kadang kehilangan kepopuleran mereka diantara
gadis-gadis. Memuakkan memang, ketika aku berada diantara mereka hanya sebagai ‘tukang
pos’ iya. Tukang pos. Beberapa siswa putri akan datang padaku dan memintaku
untuk menyampaikan salam mereka pada Jongin dan juga Luhan. Dan itu tanpa
bayaran. Tsk~ kapan kehidupan di sekolah penuh uang?
“annyeong~”
tsk Dasar Xi Luhan. Kenapa ia semakin tampan?
“hhh~
ne.”
“long
time not see. How are you?”
“jinjja?
Kupikir kita baru bertemu 1 pekan yang lalu. Hahah XD” aku mencoba
menghangatkan keadaan yang sepertinya ‘awkward’ ini. Aku tidak melihat Jongin
di radius 1 meter dari kami. Jadi ini aman.
“aahh,
benarkah?”
Aku
hanya mengangguk pelan. Dan duduk di bangku halte.
Mataku
mengintari sekelilingku. Kulihat Jongin mematung di gerbang sekolah dan Ia
berbalik arah kembali masuk ke sekolah. Demi apapun, aku belum pernah
melihatnya seperti itu.
“mmm,
kau ingin ramen? Ahh,. Maksudku.,”
“ramen?
Aku sudah lama tak makan ramen disana. Kajja!” sahutku lalu beranjak dari
bangku.
“ya!
Kenapa kau hanya diam? Kajja! Hari sudah semakin malam eomma ku akan memarahiku
jika aku pulang terlalu larut!” kataku pada Luhan karena ia hanya mematung
dengan memasang ekspresi seolah tak percaya seperti itu.
“ah,
tidak. Aku hanya tidak percaya kau sesemangat itu. Dan tanpa Jongin akankah kau
makan ramen hanya bersamaku? Itu aneh.” Jawabnya
“aku
semangat karena kau yang akan membayarnya kan?”
“MWO?!”
Aku
hanya tertawa lalu berjalan pergi.
@ramyunshop
“akankah
kau makan untuk piring ke dua?” tanya Luhan padaku
“kenapa
kau bertanya seperti itu, eoh? Aku tidak makan sebanyak Jongin. Jadi tenanglah.”
“emm,
bagaimana dengan ..”
“mwoya?”
aku segera memotong kalimatnya.
Suasana
ini benar-benar aneh. Awkward. Kami memang sedikit canggung sejak pesta
perpisahan Xi Luhan di sekolahku. Yahh,. Entahlah. Aku berusaha menghilangkan
memori tentang itu tapi aku masih mengingatnya dengan jelas.
Flashback/on/
“jaerin-ah,
aku benar-benar sedih harus meninggalkan sekolah ini.”
“kau
sedih karena kau akan meninggalkan begitu banyak fansmu disini. Tenanglah, kau
akan mendapat fans lebih banyak saat di universitas nanti” kataku sambil
menepuk pundaknya.
“hey,
kenapa kau berfikir seperti itu? Aku bukan orang yang gila akan popularitas.”
“lalu?
Kenapa kau begitu sedih? Anak laki-laki biasanya tidak akan sedih saat akhir
tahun pelajaran, mereka bahkan tidak merasakan berpisah dengan teman-teman
mereka yang telah 3 tahun bersama. Benar-benar tidak peka”
“geure,
itu benar. Aku tidak sedih karena fansku, ataupun temanku. Tapi aku sedih harus
berpisah denganmu.”
“........”
“jaerin-ah,
tidak kah kau peka? Aku menyukaimu.”
“........”
aku kembali terdiam
“mianhae,
aku tau aku.., aku terlambat mengatakan ini. Tapi,.”
“mwo?
Kau menyukaiku? Tentu saja kau harus menyukaiku, jika kau tak menyukaiku mana
mungkin kau akan membayar makananku? Kau aneh sekali.”
“ya!!
Tidakkah kau mengerti? Aku harus bagaimana? Apakah perlu aku menciummu sehingga
kau tau jika aku menyukai dan mencintaimu?”
“jangan
bicarakan tentang cinta. Karena aku tak tau itu apa.,” kataku pelan.
Aku
mengerti benar kenapa selama ini Xi Luhan begitu baik dan perhatian padaku. Dia
menyukai ku. Aku juga menyukainya, ya.. aku menyukainya. Sebagai teman. Sebagai
kakak dan sebagai sahabatku. Aku menyukainya tapi tak ingin memilikinya. Dia
terlalu sempurna untukku. Aku hanya terdiam setelah mengatakan itu. Memang
benar, aku masih muak dengan cinta.
Luhan
terlihat frustasi dengan reaksiku tadi. Tapi dia justru mendekat padaku dia
nyaris menciumku. Itu hanya nyaris. Karena Jongin datang kemari..,. aku
berterimakasih padanya.
“hey!
Bagaimana bisa kau melakukan ini semua?”
“pergilah
bersama teman-temanmu. Ini pesta kelulusanmu. Kau akan menyesal nantinya.” Lanjutnya.
Dari
nadanya jelas, Ia tidak suka Luhan bersamaku. Apalagi dengan posisi seperti
tadi. Itu sangat mustahil jika Jongin masih mau bersamaku selanjutnya.
Akhirnya
Luhan pergi dengan sangat kecewa. Aku tau itu, terlihat jelas diwajahnya. Xi
Luhan, maafkan aku.
“Kau.
Jangan berani-beraninya kau berkencan dengan pria lain.” Kata Jongin ketus.
“sshhh~
apa hakmu melarangku berkencan dengan Xi Luhan?” aku segera melangkah pergi
tapi Jongin menarikku dan memelukku. Ini gila. Dari drama mana dia belajar ini
semua.
“berhentilah
menjadi gadis bodoh. Aku ada disini kenapa kau masih menginginkan yang lain
eoh?”
“.....”
“sebagai
gantinya kau harus mentraktirku makan hari ini.”
“ahhh,.
Ini hanya akal-akalmu saja!” aku menginjak kakinya dan pergi meninggalkannya.
Sejak
saat itu aku jarang bersama Luhan. Meskipun kami bertemu, tapi kami hanya
saling melempar senyum dan tak berbicara satu sama lain.
Dan
sejak saat itu pula begitu banyak siswa perempuan tambah membenciku. Entah dari
mana kabar tentang Xi Luhan yang menyukaiku dan menyatakan perasaannya itu
terkuak. Yahh,. Baiklah mungkin Xi Luhan memiliki seorang stalker. Alasan
mereka membenciku adalah mereka mengatakan bahwa aku adalah gadis sombong. Heol~
mereka mengatakan padaku jika aku tidak bersyukur dan mengapa aku menolak atau
dalam kata lain menyakiti perasaan Xi Luhan. Aisshhh,. Dasar gadis gila! Jika
aku tidak ingin bersamanya, apa itu masalah untuk kalian? Iya benar. Kubilang
Xi Luhan terlalu sempurna untukku.
Bagaimana
mungkin aku akan berkencan dengan namja keturunan China yang bersekolah di
sekolah elite seperti ini, dia kaya. Pewaris tunggal perusahaan properti milik
ayahnya. Selain itu dia tampan, populer tapi dia juga sangat pintar. Dia baik
kepada siapa saja meskipun dia tidak menyukai orang itu. XI LUHAN. Atau sebut
saja ‘TUAN MUDA’ . hidupnya jauh jika dikatakan sangat baik tapi hidupnya ‘EXCELLENT’.
Aku
sudah bersyukur karena dia menyukaiku. Tapi aku tidak menginginkannya. Maafkan
aku.
Flashback/Off/
Cheotsarang~
Ijeul
su eopsneun naesarang~
[Eomma.]
Aku mengisyaratkan pada Luhan untuk
diam dan aku meraih ponselku. Itu eommaku.
“Ya! Jaerin-ah. Dimana kau? Cepat
pulang! Ini sudah larut..kau harus segera menyelesaikan tugasmu dan bangun pagi
besok”
“ahhh,.ne.
aku akan segera pulang”
Tuttt~Tuttt
Eommaku
benar-benar seseorang yang sangat hemat. Tsk.
“kau
harus pulang sekarang? Baiklah aku akan mengantarmu”
“ah..
tidak perlu. Selesaikan makanmu dan aku akan pulang sendiri. Anyeong, see you
later~”
Aku
segera bergegas pulang karena jika tidak eomma ku akan benar-benar marah.
#next
morning
“aahh,
bagaimana kencanmu kemarin? Bagaimana bisa kau berkencan tanpa mengatakannya
pada kami? Hahahhahh” celetuk Chanyeol dan kemudian dia tertawa. Hh~ dia memang
aneh.
“tentu
saja menyenangkan, karena dia bisa mendapatkan berbagai benda dengan gratis
darinya. Bukan begitu?” kata Sehun sambil bertanya pada Jongin. Jongin hanya
diam dan seolah tak menghiraukan perkataan Sehun.
“Diam
kalian!!” kataku sambil memukul Chanyeol dan Sehun dengan tasku.
“auuuwww,.
Apa tasmu berisi batu, eoh? Sakit sekali bodoh!” kata Chanyeol kesakitan
“kkk~
itu benar. Aku sengaja mengisi tasku dengan batu karena aku tau kalian pasti
akan menggangguku. Tsk~” jawabku asal
“dasar
gadis gila” celetuk Sehun
“siapa
yang lebih gila? Seorang gadis gila atau seseorang yang berteman dengan gadis
gila?” jawabku ketus lalu melanjutkan perjalananku ke sekolah. Jongin sudah
jauh didepan kami.
Ya,
seperti yang kau lihat. Hari ini kurang begitu bagus. Karena pada awalnya aku
hanya bersama Jongin untuk berangkat ke sekolah. Tapi dua makhluk itu tiba-tiba
muncul. Ahhh,. Mereka selalu menggangguku ketika aku bersama Jongin. Dan mereka
bukan hanya berdua. Masih ada Baekhyun di geng mereka. Mengenaskan memang,
ketika aku bertanya dimana Baekhyun mereka menjawab bahwa Baekhyun sedang
sakit. Hahhahh,. Itu lebih baik karena penggangguku berkurang. Ya berkurang
satu.
Aku
lebih akrab dengan teman laki-laki ku dibanding dengan teman perempuanku. Aku
hanya berteman akrab dengan perempuan saat aku SMP dulu. Dan kami masih bersama
hingga kini. Diantara geng SMP ku dulu akulah satu-satunya yang berada di
sekolah ini. Jadi kami jarang bertemu. Tapi jika sekali bertemu, ahhh hancurlah
dunia.
Saat
aku berdiri tepat di gerbang sekolah, tiba-tiba seseorang menyeretku dari
belakang. Tasku, Ia menarik Tasku begitu kuat. Ahhh,. Dasar orang ini.
“ayo
kita membolos.” Celetuknya dengan wajah tanpa dosa.
“membolos?
Kau gila”
“sepertinya”
jawabnya singkat.
“kau
tau kannn___”
“kita
ini sudah kelas 3 sebentar lagi ujian jangan coba-coba membolos dari kelas
ataupun melakukan hal yang tidak penting. hanya fokuslah pada pelajaranmu agar
kau mendapatkan universitas yang kau inginkan dan supaya nantinya kau bisa
sukses. Kau tau sukses?. Itu yang ingin kau katakan?” Jongin memotong kalimatku
dan mengatakan hal yang seharusnya ingin aku katakan. Dia benar-benar
mengagumkan
Aku
menarik nafasku dalam-dalam dan menyeretnya menjauh dari gerbang sekolah.
“kau
setuju membolos?”
“aku
tidak mengatakannya.” Jawabku sekenanya
“lalu
untuk apa kau ke halte bus?”
“aku
ingin memastikan jika kau benar-benar membolos lalu aku akan melaporkanmu pada
seongsangnim.”
Dia
hanya melongo mendengar perkataanku.
“ahh,.
Lupakan.” Kali ini Jongin memegang tanganku dan berjalan menuju gerbang
sekolah. Akhirnya dia sadar juga,. Kim Jong In seharusnya kau seperti ini dari
tadi.
“aku
tidak akan membolos pagi ini. Hanya saja aku tidak akan menghadiri kelas hari
ini” setelah mengatakan kata-kata bodoh itu Dan dia berlari menyeretku karena
yahh dia memegang tanganku. Dia berbalik arah dan berlari menuju halte bus. Beruntung
sekali karena bus baru saja datang akhirnya dia menyeretku juga masuk ke dalam
Bus. Ini film action.
“huhh,.
Huhh,.mengesankan bukan?” katanya. Mengesankan? Itu katamu? Hhh~ dasar. Ini
memang mengesankan bodoh.
Aku
duduk disampingnya. Dan menunjukkan tanganku yang merah karena kejadian tadi
padanya.
“lihatlah,.berapa
yang akan kau bayar untuk semua ini?” kataku.
“aigoo,.apa
itu sakit?” tanya nya begitu santai.
“ini
tidak menyakitkan karena kau yang melakukannya.”
“ahh?
Jinnja?!”
“bodoh!
Kau pikir aku akan mengatakan kata-kata bodoh seperti itu?! Ini tetap
menyakitkan!” kataku sambil memukul kepalanya.
“aisssh.
Berhentilah menyakitiku.”
“bukankah
seharusnya aku yang mengatakan itu?”
“sudahlah.
Kita saling menyakiti. Tapi kapan kita saling menyayangi?”
“saat
Baekhyun setinggi Chanyeol.”
“baiklah,
besok aku akan menyuruh Baekhyun untuk memakai insoles supaya dia bisa setinggi
Chanyeol dan kita bisa saling menyayangi mulai besok.”
“tutup
mulutmu”
“Jaerin-ah,
sepertinya kita memang butuh bicara”
“bukankah
dari tadi kau sudah bicara?”
“ahh,.
Sudahlah. Ahjussi! Aku berhenti disini. Kajja” dia menarikku lagi.
“ya!
Kau mau membawaku kemana? Jangan sembarangan, kau lihat kan kita masih
berseragam?” tanyaku padanya
Dia
hanya mengangguk.
Dan
akhirnya kami berhenti didepan kedai ramen langganan kami. Rasanya seperti deja
vu. Kembali pada akhir tahun ajaran kelas 1. Aku bersama Jongin sering sekali
kemari. Makan bersama, bercanda bersama hingga tidak sadar jika hari sudah
benar-benar larut. Alhasil kami kena marah eomma masing-masing. Hhhh~~ rasanya
itu sudah lama sekali. Dan sekarang rasanya aneh.
Yah
begitulah. ., ada kalanya kami bersama dan ada kalanya kami tidak akur.
Flashback/On
Hari
ini seperti biasa, aku pulang bersama Jongin. Karena hingga sekarang dialah
satu-satunya sahabatku yang selalu bersamaku. Dan sepertinya dia juga begitu. Kami
kembali ke kedai ramen langganan kami,
Kami
makan dengan normal. Diselingi dengan berbagai candaan juga. Hahahh, beginilah
kami.
“ya,.
Jaerin-ah,. Apa kau ingin tau sesuatu?” tanyanya
“shireo,.”
“Ya!
Apa susahnya menjawab iya?”
“Ya!
Kau ini bagaimana, jika aku menjawab tidak ya itu berarti tidak.” *Pletaaakkk
aku memukul kepalanya dengan keras.
“aiggooo,.
Kau ini. Dengarkan aku sebentar”
“aissshh,.
Baiklah baiklah aku akan pura-pura ingin tau.”
“jadi
begini,. Bagaimana jika aku itu ternyata menyukaimu?”
DEG
DEG
Aku
berhenti menyantap ramen ku. Aku masih mencerna kata-katanya. Aahhh.,. itu
hanya kemungkinan.
“wae?
Kenapa kau diam?” tanya Jongin padaku
“bagaimana
itu bisa terjadi. Itu mustahil”
“itu
nyata. Aku menyukaimu. Sejak....”
“sejak
pertama bertemu,.? Ahhh,. Kata-kata bodoh. Apa pria selalu menggunakan
kata-kata itu untuk menyatakan perasaannya?”
“YA!”
PLAAAKKK. Apakah kau tau apa yang dilakukan Jongin padaku, huh? Dia menamparku.
Iya menampar. Kami memang sering bertengkar seperti ini, saling pukul saling
tampar dan saling menjitak satu sama lain.
“YA!
JONGIN-AH! WAE?!!” teriakku tidak terima
“Kau
yang kenapa? Tidak bisakah kau mendengarku hingga aku selesai berbicara? Aigooo”
Aku
hanya memanyunkan bibirku dan kembali makan ramenku.
“jadi
aku menyukaimu sejak kau menolak untuk menghubungiku. Jadi aku meminta nomor
ponselmu ke temanmu, dan temanmu itu ternyata menyukaiku. Tentu saja aku tidak
menerimanya, karena aku itu menyukaimu dan bukannya dia. Jadi, apakah kau juga
menyukaiku?”
“haruskah
aku menjawabnya? Cepat bayar ramennya dan kajja kita pulang. Sudah jam 7.30
bodoh!” aku menghindari pertanyaannya dan berdiri dari tempatku dan keluar dari
kedai.
“YA!
TUNGGU AKU, BODOH!!!”
Jongin
menyukaiku? Itu aneh. Tapi hhh~ aku sudah menebaknya, karena Ia rela tidak bersama
teman-temannya dan Ia memilih bersamaku. Kemanapun Ia ingin bersamaku,. Dan
aku? Apakah aku menyukainya?
Tentu.
Sejak
Ia mendekatiku, aku menyukainya. Karena Jongin juga selalu bersamaku itu juga
alasannya. Jongin memang terlihat dingin diluar, tapi jika kau bisa lebih dekat
dengannya dia bukan namja seperti itu. Dia namja yang bisa diajak berbicara
heart-to-heart dia bisa menenangkanku dengan caranya. Dia bisa membuatku tidak
kesepian, dan
“Hhhh~
hari sudah malam, Nona pelamun” sahut Jongin dan Ia merangkul bahuku dari
belakang. Kkkk~ kami sering melakukan ini, tapi ini pertama kalinya aku merasa
lebih nyaman.
“berhentilah
memanggilku seperti itu, tuan Kim”
“Hahahhhhh,.
Kalau begitu berhentilah melamun,. Mmm tapi jangan berhenti melamun jika dalam lamunan
mu itu adalah Aku. Hahahhah”
“YA!!!
Lepaskan aku!!”
“Shireo!!
Hahhah”
Jongin,
dia cute bukan?
Flashback/Off
“Kau
tidak pernah berubah.” Kata Jongin dan itu membuyarkan semua lamunanku.
“Kau
punya uang untuk mentraktirku?”
“apa yang tidak bisa kulakukan untukmu, huh?.”
“apa yang tidak bisa kulakukan untukmu, huh?.”
“tsk,
Dasar”
“aku
sudah meminta maaf padamu, tapi kenapa kau sepertinya masih begitu membenciku?”
“siapa
yang mengatakannya?”
“kau
selalu seperti itu? Berhentilah berpura-pura.”
“hhh~
baiklah. Kau ingin aku mengatakan semuanya?”
“geure,
katakan semuanya dan kita mulai lagi dari awal.”
“siapa
orang yang bisa begitu mudah memaafkan seseorang yang sudah menyakiti hatinya
lalu Ia kembali lagi untuk meminta maaf dan melakukan kesalahan yang sama lagi
dan lagi?”
“hanya
itukah?___”
“berhenti,
diamlah. Aku akan mengatakan semuanya.”
“dan juga ketika aku sedang dekat dengan
Park Chanyeol kau tiba-tiba kembali dan aku malah mengabaikanmu. Maafkan aku
karena saat itu aku benar-benar sakit karena kau. Tapi aku masih menyukaimu. Dan
saat aku tidak dekat dengan Park Chanyeol, aku kesepian. Aku mengharapkanmu
datang dan ternyata Kau menyerah menungguku. Jongin-ah, aku mendengar ini dari
temanmu jika kau menyukai gadis lain,. Tapi kau juga masih menghubungiku,. Dan
tahukah kau jika saat itu aku benar-benar ingin kembali seperti dulu? Tapi
apa,? Hanya karena candaan kecil yang
kau salah mengerti, kau menjauhiku. Menjauhiku. Menghapus nomor ponselku, dan
memutuskan semua komunikasi denganku. Dan aku juga mendengar ini dari temanku
jika kau ingin melupakanku, jadi saat itu aku berhenti, aku berhenti
menginginkanmu bersamaku lagi. Dan”
Aku tidak tau ini apa,. Aku bukan
mengaku di depan polisi. Tapi aku? Kenapa air mataku jatuh?
Jongin hanya diam dan tatapannya
kosong. Entahlah aku tidak tau ini berarti apa.
“dan
saat itu pula, aku sangat membencimu.berusaha melupakanmu dan tidak lagi
menyukaimu. Tapi apa aku bisa? Dan jawabannya adalah Tidak. Aku masih
menyukaimu”
“gomawo”
katanya singkat
“wae?”
“kau
masih menyukai dan mau menerima orang sepertiku,. Aku tidak sadar jika kau
begitu___”
“berhentilah
mengatakan tentang itu, kau ingin memulainya dari awal kan? Jika begitu masri
lupakan tentang itu,.” Katanya mengusap pipiku yang basah karena air mataku
Memaafkan.
Jika aku tidak benar-benar menyukainya, mana mungkin aku memaafkannya. Aku baru
bisa melupakan semua yang telah Jongin lakukan padaku saat awal kelas 3.
/Flashback/On/
Seorang
namja yang masih menghubungimu meskipun Ia telah menyukai gadis lain.
Itu
menyebalkan,.
Dan
namja itu datang lagi padaku. Bagian ini benar-benar memuakkan.
Jongin.
“Annyeong”
kata Jongin mengawali pembicaraan
Sial.
Benar-benar tidak beruntung, aku terjebak di sekolah karena hujan bersamanya. Aku
masih begitu kesal padanya jadi,. Aku tak menghiraukannya.
“ya!
Kau telah benar-benar melupakanku?”
“bukankah
seharusnya aku yang bertanya seperti itu?” jawabku
“hhhh~
aku merindukanmu”
“bagaimana
bisa kau merindukan orang lain? Yeojachingumu pasti akan marah”
“mwo?”
“sekarang
kau yang berpura-pura tak tau. Itu keren” kataku lalu melangkah pergi.
Aku
memutuskan untuk pulang, meskipun keadaan hujan lebat dan aku tidak membawa
mantel ataupun payung.
Kurang
lebih 5 menit aku berjalan dibawah hujan. Apakah aku berharap Jongin
menyusulku? Hhh~ tidak. Aku bukan siapa-siapa lagi baginya.
“Kau
tetap yang terbaik untukku”
Aku
menoleh kebelakang dan Jongin datang dengan payung ungu yang entah itu berasal
dari mana. Dia mendekatiku, dan meraih tanganku.
“berhentilah
menyiksa dirimu. Kajja aku akan mengantarmu pulang”
Dia
menggandengan tanganku dan mulai berjalan. Kami terdiam. Bagaimana tidak,
Kondisi hubungan kami memang sedang ‘awkward’ dan tiba-tiba dia menghentikan
langkahnya. Otomatis langkahku juga ikut terhenti karena Ia masih memegang
tanganku.
“Maafkan
aku, aku mencoba melupakanmu karena aku takut menyakitimu lagi”
“bukankah
kau akan lebih menyakitiku jika kau melupakanku?” tanyaku dan sontak membuat
Jongin terkejut
“Mwo?”
“apa
kau sekarang tuli?” tanyaku sekenanya
“aahh,.
Siapa yang mengatakan padaku jika dekat denganku adalah suatu musibah dan aku
tidak pernah memberimu apapun kecuali luka dan pengalaman pahit?”
“eungg..”
Dia
menatapku lekat dan aku memalingkan pandanganku darinya.
“apa
kau tidak tau jika saat itu aku hanya bercanda?”
“bercanda?”
tanyanya Kaget.
Aku
hanya mengangguk pelan mendengar ucapannya.
“aissshh
jinjja!!”
“geure,
jika begitu semuanya telah terselesaikan. Kembalilah padaku” kata Jongin
melanjutkan kalimatnya
“Shireo..”
“wae?”
“kau
kan sudah menyukai gadis lain,” jawabku ketus.
“i
just play with her”
Aku
terkejut mendengar perkataannya, dan menoleh padanya.
“wae?
Kau mau kembali padaku?”
“shireo,.
Aku hanya ingin bertanya padamu. Apakah
kita berkencan sebelumnya?”
“HA?!
Lalu kau pikir itu semua apa? Apa kau pikir itu hanya hubungan antar teman? Jika
itu hanya hubungan pertemanan mana mungkin aku bisa semanis itu padamu?”
“geure,.
Terserah apa katamu. Yang jelas kajja cepat pulang, hujannya semakin lebat
bodoh!”
“aku
akan mengantarmu ketika kau bilang ‘IYA’”
“aiisshh..
‘IYA’”
“kajja,.”
“maksudku,
IYA aku akan benar-benar memaafkanmu beberapa bulan kedepan :P”
“YA!!!
APA KATAMU?!”
[Flashback/Off]
“kau
sudah memaafkanku?”
“kau
masih bertanya? Jika aku belum memaafkanmu aku tidak akan mungkin mau membolos
bersamamu.”
“Lupakan
gadis yang kau sukai sebelumnya dan hanya fokuslah padaku.” Lanjutku
“aku
tidak bisa fokus padamu,.”
“Ha?”
“bukankah
kau mengatakan padaku jika aku harus fokus pada pelajaran, eoh?”
PLAAAKKKK!!!
Aku
menamparnya. Senang rasaya aku bisa melakukan ini lagi.
[SKIP TIME]
@Graduation
Kami
LULUS. Yaahh,. Benar-benar lega rasanya. Aku sudah mengikuti seleksi masuk
universitas. Dan juga aku mendapatkan beasiswa di salah satu universitas. Dan
itu adalah universitas tempat Xi Luhan berada. Aku bingung, jelas. Dan sepertinya
aku tidak bersama Jongin saat universitas nanti. Jongin tidak ingin mengatakan
padaku kemana Ia melanjutkan studynya. Dasar.
“Hai,
Tuan Kim”
“Hahahhah,.
Ne anyyeong”
“kau
sudah memutuskan mau kemana?”
“tentu,
ini keputusanku sejak di kelas 2.”
“Begitukah?
Kenapa kau tidak mengatakan ini padaku sebelumnya?”
“siapa
kau? Haruskah aku memberitahukan seluruh kegiatanku padamu?”
“ckckc~
kau mulai lagi.”
“Hahahahh,.
Mianhae,.”
“geure,/
arasso..ini.” aku memberinya sepotong(?) pita warna ungu tua.
“ige
mwoya?”
“kenang-kenangan..”
“kenapa
harus pita ungu?”
“karena
aku tidak punya apapun untuk kuberikan padamu”
“aishhh,.
Jinnjja.”
“kalau
begitu jangan memberiku kenang-kenangan.” Lanjutnya
“wae?
Kau tidak menerimanya? Dasar! Apa sebenarnya yang kau inginkan, huh?!!!” kataku
kesal
“maksudku
untuk apa kau memberiku kenang-kenangan jika kita satu universitas nanti?”
“MWO??!!”
“baksu..
baksu..baksu(korean: Clap)”
“Jongin-ah,.
Bagaimana bisa?”
“aku
akan menjelaskannya nanti. Yang penting, tunggulah hasil seleksi itu keluar dan
jangan menerima beasiswa di universitas tempat Xi Luhan belajar, ne?”
“ahhh,.
Jinnjjaa!!!” aku benar-benar ingin menamparnya sekarang.
Kim
Jong In kau benar-benar brengsek. Jika sepeti ini aku tidak akan menangis
karena kupikir kita tidak satu universitas!!
Saat
aku ingin menamparnya, dia menahan taganku dan dia memelukku.
Ini
pelukan pertama kami. Kami memang berkencan sebelumnya tapi tidak untuk
melakukan hal-hal seperti ini. Yah,. Kami belum pernah berpelukan, dan juga
Ciuman. Ini memang kesepakatan kami. Dan Juga kami masih anak sekolah, lagi
pula kami tidak tau cara melakukannya.
Dia
melepaskan pelukannya menjitak kepalaku.
Pletaakkk
“jangan
berani menamparku lagi, Kau mencintaiku kan?”
Cinta?
Terdengar
aneh. Apa karena kita sudah lulus jadi dia mengganti kata ‘Suka’ menjadi ‘Cinta’??
Dia biasanya akan berkata “apakah kau menyukaiku?”
tapi tadi apa?
Cinta?
Perlu waktu untukku mengerti tentang itu.
Dan kupikir Jongin akan membantuku mengetahui apa
itu ‘Cinta’
“Awal
ataupun akhir, Jika kau mencintainya. Kau pasti akan bersamanya”
_________THE
END___________
keren kok :) Singkat tapi cukup mengena,aku tersentuh jongin *what?
ReplyDeletelanjutkan aku tunggu soalnya aku gak pinter nulis
AJA AJA FIGHTING!
hheheh :D ini ceritanya ngasal banget, gomawo commentnya, jadi semangat nulis lagi :D
ReplyDelete